Wednesday, July 25, 2007

About Vicky from My Brother...(hanya tulisan ini yg selalu membuat mata ewick berkaca-kaca...:)

ga' terlalu banyak yang bisa aku ceritakan tentang siapa diriku... mereka memanggilku VQ, seekor anjing perempuan kecil dari kebanyakan anjing anjing lainnya, bukan anjing pelacak, bukan juga agen K9 team anjing polisi, penciumanku tidak terlalu tajam untuk mengendus daun ganja dan semua keringat para pelaku boom bunuh diri yang katanya mengemban tugas suci itu, yang berandai andai akan bertemu dengan para bidadari cantik disana, yang mati konyol dan melupakan semua anak istrinya dengan tubuh yang berantakan setelah picu detonator ditekan, dasar pecundang tolol! huh guoblog! homo!

*sorry sorry emosi, abis baca berita dari kota batu, malang '( hmm, setidaknya aku jadi tau sedikit tugas polisi, selain cuma jadi tukang tilang di jalan ...pernah ada beberapa orang yang mencantumkan namaku di halaman persembahan skripsi dengan kalimat "untuk VQ si anjing hias.." entah apa maksudnya, bahkan aku belum pernah menang kontes pertandingan ratu kecantikan anjing manapun... pertama kali aku muncul di tengah tengah keluarga ini dengan keadaan mata yang terpejam, bulu putih bersih, dengan ekor yang belum berbulu, hanya minum cairan susu, dan hanya bisa mendengan mereka memanggilku "VQ!... VQ!..." entah apa maksudnya, sampai suatu hari aku sadar, itu namaku, VQ is my name... ')

hari, minggu, bulan, dan tahun terus berjalan, semakin lama aku tumbuh dan besar di tengah keluarga ini, mengamati setiap hari hari yang terjadi, dan semakin hapal dengan rutinitas rumah kecil ini, menyambut mereka semua yang datang dengan lolonganku ini, mengamati wajah wajah siapa siapa saja yang datang, mengamati semua kelelahan kelelahan yang terpancar di setiap wajah wajah para penghuni rumah ini setelah beraktivitas, mengibaskan ekor kecilku dan melolong yang aku buat selucu mungkin agar mereka sedikit terhibur, sedikit setidaknya, daripada tidak sama sekali... paling tidak mereka bisa sedikit tersenyum melihatku, "hai VQ!" begitu mereka selalu menyapaku, dan selalu ada kibasan dari ekor kecilku untuk itu, "VQ kamu sudah makan???" pertanyaan yang mereka lontarkan bahkan tidak bisa aku jawab sama sekali, kecuali teriakan kecil di dalam hati "hoii kakak! aku belom makan seharian neehh! mana ransumku hari ini"

kulihat mereka semua datang dan pergi, dan aku masih tetap di sudut ini, rantai kecil yang membuat aku harus tetap berdiri tegak di sudut ini, dengan rumah kayu mungil yang sama sekali tidak melindungiku dari udara malam hari, yang hanya cukup melindungiku dari tetes hujan dan terik bintang terdekat tapi aku masih saja harus berada di sudut ini, mengamati mereka dan tetap harus mengamati mereka, aku juga yang harus terjaga di setiap malam saat ada yang sesuatu bergerak, entah itu wanita yang cantik, maling jemuran, petugas ronda atau jin iprit sekalipun, berharap mereka semua menjauhi rumah kecil ini, "hai! jangan ganggu tidur lelap keluargaku!" kira kira begitulah terjemahan dari lolongan kecilku pemirsah ') *woo, tapi karena itu kita serumah bangun tengah malem ya vik! 'p
jadi jangan pernah bicara tentang "kesetiaan" denganku, karena itu sudah menjadi bagian dari nama tengahku *lah? namamu kan cuma satu kata vik?

buat sebagian anak anak kecil di sekitar lingkungan rumahku, aku mungkin adalah makhluk tontonan yang punya popularitas, mereka menontonku, menggodaku tanpa kesepakatan, membiarkan lolonganku berkumandang keseantero komplek jagad perumahan patrang city, dan mereka tetap juga ngga' pernah peduli bahwa vokalku menjadi serak serak basah karena itu, mungkin itu kegembiraan kecil buat mereka, seperti ada di taman safari mungkin? masih teringat wajah wajah kecil itu berbondong bondong, berjejer jejer dengan se-bataliyon temannya, hanya untuk menggodaku beberapa meter dari sudut tempatku berdiri, sedikit aku merasa, anak anak kecil itu lebih menggenalku dari pada semua penghuni rumah kecil ini, mungkin mereka menganggap wajah galak penuh bulu mungilku ini lebih lucu di bandingkan senyum manis yang tersungging dari raut wajah ke empat kakakku... 'p padahal aku merasa bahwa wajah manisku ini nga lebih manis di bandingkan wajah kakak keduaku yang kata temen temennya dia masuk nominasi cowok terganteng ke-9 di kampusnya *yang nomer 1 s/d 8 masih di cari :D ...kadang aku berharap rantai ini lepas dan aku bisa maen kejar kejaran dengan mereka semua, pernah dulu rantai ini lepas dan pintu gerbang terbuka, aku pun bisa lolos dan menghampiri mereka semua, tapi mereka selalu saja lari seperti di kejar makhluk yang buas, lari tunggang langgang dan ada beberapa dari mereka terjungkal, lalu menangis kencang *huwaaaaaaaaa, bah! dasar anak kecil cengeng! seingatku, selama ini prestasiku adalah "menggigit" 3 bocah anak tetangga, yang membuat bunda harus tergopoh gopoh mendatangi rumah orang tuannya untuk minta maap :( ...sungguh aku tidak bermaksud untuk menggigit mereka, aku hanya ingin bermain main dengan mereka, itupun sebuah bukan "gigitan" itu hanya bentuk rasa sayangku yang berbeda dengan makhluk lainnya... sungguh, aku tidak pernah benar benar ingin "menggigit" wajah wajah kecil itu :( aku sangat mencintai dunia anak anak, wajah mereka terlalu polos untuk "digigit" ...percayalah padaku, believe me!

juga masih teringat sedikit tentang abang tukang baso' yang melintas itu, kehadiran mereka sangat menggairahkanku, dentingan mangkuk baso' yang di ketuk terasa merdu di telingaku, bahkan symponi fur elise beethoven pun masih kalah merdu dibandingkan dentingan mangkuk baso' kang amin 'p ...hmm, mereka memang abang tukang baso' yang baek... bahkan saat kakak kakakku tidak membeli baso' sekalipun, mereka dengan tulus ikhlas tanpa di komando mau melemparkan sebongkah tulang buatku, sajian menu makan yang sangat istimewa bagiku, meskipun kakak kakakku dan bunda kerap kali menghidangkan beberapa butir pentol baso' buatku, tapi bongkahan tulang sapi tetap membuat mataku berbinar ...yummy! dan jangan di tanya, aku pasti akan mempertahankan tulang ini mati matian dengan seluruh jiwa, tenaga dan semua runcing gigi kecilku ini, cobalah ...Ggrrr >:)

hmmm... nga banyak yang bisa aku ceritakan disini kecuali tentang kesedihan kecil di pagi yang cerah itu, saat kedua kakak perempuanku menangis, saat kakak keduaku menggali tanah dihalaman depan teras rumah, mencoba untuk tidak bersedih, karena menurut dia 'darah boleh saja menetes, tapi tidak dengan air mata' *ojo' protes!, dan sempat juga kulirik kakak pertamaku molor di depan televisi dan kipas angin, dia kegerahan dengan perutnya yang 'harus sit-up!'

d i n g i n . . . . kemanakah lagi perjalananku setelah ini?


...akhirnya setelah selama satu minggu penuh tidak ada sedikitpun makanan yang masuk ketubuhku, sajian menu pentol baso' itu terasa hambar di lidahku, juga dianogsis om dokter hewan sore yang lalu, saat dia akan menyuntikku dan aku harus berlari bersembunyi di balik meja operasi, katanya usia 13 tahunku sama seperti usia 91 tahun untuk ukuran usia manusia, butiran pil vitamin yang di berikan juga tidak akan banyak membantuku, aku terlalu tua untuk menelan zat adiktif pemberian om dokter, aku terlalu lelah untuk terus melolong dan menjaga rumah keluargaku, kemaren dua kakakku datang dari bandung dan aku sudah tidak bisa lagi menyambutnya dengan semua kelucuan kecilku ini, bahkan kibasan ekor kecilku juga tidak bisa aku lakukan, otot otot tulang belakangku terlalu renta untuk melakukan kebiasaan lama itu
pagi ini, tidak banyak yang bisa aku tinggalkan, kecuali semua kenangan tentang kelucuan yang mungkin 'tidak lucu' itu, vas bunga yang berantakan saat aku mengejar kucing tetangga di dalam rumah kemaren, pot tanaman yang rusak, kaca jendela rumah yang pecah dan juga rumah kecil dari kayu yang baru saja di perbaiki oleh kakak keduaku saat dia melihat rumah kecil kayuku mulai bobrok di makan waktu, hmmm... kakak keduaku itu tukang petani apa tukang kayu seh? bingung aku... ')
tapi setidaknya, semua kakakku berkumpul di rumah kecil ini, di bulan puasa yang manis ini, dan halaman depan rumah sepertinya tempat istirahat yang tepat buatku, di teras depan, tempat kakak kakakku biasa membicarakan hal hal kecil apa saja, selalu saja ada kehangatan disana, di tidur panjangku ini, aku berharap bunga adenium-ku masih bisa menemani pembicaraan kalian...
sebenarnya 13 tahun waktuku tidaklah cukup buatku, tapi tugasku menjaga rumah kecil ini usai sudah, rumah yang kecil tempat di mana aku dibesarkan...
jangan terlalu merindukanku, kelak kalo besok ada bunga adenium yang tumbuh mekar diatas tanah merahku, percayalah, selalu ada aku disitu...

adios, ich liebe dich, kenanglah semua yang baek, dan cintaku abadi...

1 comment:

Anonymous said...

guk guk guk...

*artinya: where's my pentol kaka?*