Tuesday, July 24, 2007

about Kartini

met ULTAH Ibu Kartini-koe Sayang...!!!?? (Feminisme)

Sungguh sangat ironis....ketika keturunan2 homo sapiens mulai bergerak meninggalkan peradaban barbar tempo doeloe...kenapa masih harus ada perbedaan, penindasan, diskriminasi, dan dominasi terhadap kaum perempuan di era globalisasi saat ini. Padahal yang paling berjasa dalam memberikan keturunan adalah kaum perempuan...tentu saja dengan sebuah kerjasama...ehm.... Bisa dibayangkan jika tidak ada sosok seorang perempuan, wanita, ibu, mummy, mama, Bunda, Nyak, Mbok, atawa seorang ‘emak, mungkin manusia akan menjadi salah satu makhluk hidup yang tergolong langka dan wajib dilindungi...(loh...!? Oleh siapa?) Bukankah Tuhan menciptakan seorang wanita dan pria dengan keistimewaan masing2...?
Setiap perempuan di bagian dunia manapun selalu mengalami hal2 ini...selalu mendapatkan perlakuan tidak adil baik itu dalam hal pendidikan maupun pekerjaan. Perempuan dianggap tidak becus karena kodratnya sebagai seorang perempuan yang hanya dianggap mampu sebatas mengurusi pekerjaan rumah tangga, yaitu mendidik anak, memasak, melayani suami, dsb. Seorang istri adalah penjaga keutuhan rumah tangga, sedang sang suami bertugas untuk mencari nafkah bagi keluarga, memberikan perlindungan dan keamanan bagi seluruh anggota keluarga. Lihat saja bagaimana perjuangan ibu Kartini saat terbentur pada adat dan budayanya sendiri ketika menjadi alat permainan budaya patriarki para penjajah saat itu...ck..ck...
Perlakuan yang sangat tidak adil ini, menimbulkan sebuah perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan dan keadilan bagi kaum perempuan....inilah yang kemudian dikenal ‘FEMINISME’. Kesalahan persepsi orang saat ini yang mengira bahwa feminisme adalah suatu bentuk gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, melawan pranata sosial seperti institusi rumah tangga dan perkawinan, serta pengingkaran terhadap hal yang disebut kodrat alami seorang perempuan. Bukan itu....!!!??? Secara kultural dan historis, feminisme merupakan gerakan yang beragam, seperti yang dinyatakan Rosmarie Tong dalam Feminist Thought , setidaknya ada empat aliran yaitu feminisme liberal, radikal, marxis dan sosialis. Gak perlu aku jelaskan secara mendetail, yang pasti sebagai suatu pergerakan, feminisme berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan adalah kaum tertindas. Kesadaran dan usaha mengakhiri penindasan ini yang disebut feminisme. Meski terjadi perbedaan antar feminis, namun hakikat perjuangannya tetap sama, yaitu kesetaraan dan keadilan bagi perempuan. Karena akar penindasan perempuan terletak pada sistem dan struktur yang tidak adil.
Bermula pada era Revolusi Perancis 1789, dimana dikobarkan perjuangan atas penyetaraan hak2 asasi pada masing2 individu warga negara, namun realitanya kebanyakan hak2 tsb hanya ditujukan pada warga negara pria bukan wanita. Hal inilah yang memicu timbulnya gerakan feminisme yang menuntut hak politik yang sama disejajarkan dengan pria serta menuntut perubahan pada hukum perkawinan dan kondisi sosial perempuan saat itu. Sayang sekali perjuangan tersebut menghadapi banyak rintangan. Olympe De Gouges, seorang pejuang pembela hak asasi kaum perempuan selama Revolusi Perancis, pada tahun 1791 menerbitkan sebuah Deklarasi Hak Asasi kaum perempuan. Dikarenakan Deklarasi Hak Asasi Warganegara tidak memasukkan satu artikelpun mengenai hak alamiah kaum perempuan. De Gouges menuntut seluruh hak yang sama bagi kaum perempuan sebagaimana yang diberikan pada kaum laki-laki. Namun perjuangannya tidak membuahkan hasil, malah yang paling tragis pada tahun 1793 kepalanya dipenggal dan seluruh aktivitas politik bagi kaum perempuan dilarang...ck...ck...hiks...
Berbicara gender adalah berbicara pembedaan manusia berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan, feminitas VS maskulinitas, kemudian wacana berkembang untuk membedakan peran laki-laki dan perempuan yang ujung-ujungnya terjadi dominasi oleh laki-laki terhadap perempuan.
Kartini yang hidup pada masa politik etis sangat jeli dalam melihat kondisi sosial perempuan Hindia Belanda saat itu. Kesadaranya ia peroleh dari membaca novel berjudul ‘Hilda Van Suylenburg’ karangan C. Goekoop De Yong yang mengupas tentang emansipasi perempuan. Ia membaca pula Droomen Van Het Ghetto karya Zangwill, yang bercerita tentang keadaan sosial di perkampungan Yahudi di London,dan ia membaca juga ‘Die Frau Und Der Sosialismus’ terjemahan Belanda karya Auguste Bebel, trus apalagi ya..serta subuah karya Multatuli yang berjudul Max Havelar yang memberi pemahaman tentang penindasan yang dialami rakyat pribumi. Kartini tidak hanya membaca, tapi membandingkan dan mengulasnya. Kesadaran ynag ia miliki menghasilkan tulisan2 yang bersifat renungan, sikap pmberontakan yang ia ungkapkan secara monolog melalui surat2 yang ia kirimkan pada suami istri JH. Abendandon, Estella dan Dr. N. Adriani yang menunjukkan keberpihakkannya pada rakyat jajahan. Namun JH. Abendandon, seorang Menteri Kebudayaan yang berkepentingan terhadap politik etis, tidak menginginkan bangsa pribumi untuk bersekolah ke luar negeri. Abendandon sadar akan potensi yang dimiliki Kartini sebagai seorang intelektual yang kritis akan kolonialisme. Akhirnya Kartini ditarik ke dalam lingkaran perempuan feodal. Dikawinkan merupakan metode yang sangat andal. Istilah ‘perempuan dirumahkan’ merupakan salah satu upaya penjajah yang turut andil didalamnya. Kartini yang hidup pada jaman feodal, dimana ia melihat sang ayah yang disayanginya dan menyayanginya berpoligami adalah suatu kewajaran. Bahkan hal tersebut merupakan pelengkap kebesaran kaum ningrat pada masa itu. Ini merupakan kenyataan pahit yang harus ditelan masyarakat Indonesia khususnya kaum perempuan, karena kebiasaan tersebut hingga saat ini tidak dapat dihilangkan.
Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, konfusianisme menempatkan derajat laki-laki lebih tinggi dari dari derajat kaum perempuan. Sekolah yang didirikan Kong Hu Cu, beribu-ribu muridnya tak sorangpun perempuan. Para perempuan Cina tidak diijinkan ke sekolah , mereka harus dirumah saja dan dipersiapkan menjadi pengurus rumah yang baik hingga ada seorang laki-laki yang melamarnya. Bahkan pada dinasti Tang, perempuan Cina harus mengikat kakinya dengan kain agar tetap kecil, karena kaki yang kecil adalah kaki yang indah sedang kaki yang besar adalah kaki yang jelek dan tidak disukai laki-laki. Kebanyakan negara dunia ketiga merendahkan derajat kaum perempuannya, sehingga konstruksi tentang perempuan dunia ketiga adalah bodoh, tertindas, lemah, miskin, terbelakang dan kemudian dijajah oleh bangsa asing. Sehingga Kartinipun kemudian menyadari bahwa ada sisi positif dari masuknya budaya barat tersebut yaitu ilmu pengetahuan. Kemudian ia pun berfikir jika bangsa ini ingin maju mereka harus memiliki ilmu pengetahuan. Pendidikan adalah jalan menuju kesana.

Pada perkembangan mutakhir dewasa ini,kita banyak mendapat literatur yang mengulas isu gender dalam kerangka yang lebih komprehensif. Seperti pembagian kerja berdasarkan gender dibalik isu pembangunan. Dalam hal ini feminis barat dikatakan menghegemoni pemikiran feminis timur, dimana feminis barat menginginkan kesetaraan dengan laki-laki sedangkan feminis timur sendiri belum lepas dari kolonialisme dan masih terkekang dengan adat dan budaya mereka. Berbagai bentuk kekerasan laki-laki terhadap perempuan di negara dunia ketiga, membuat perempuan disubordinatkan. Namun terdapat salah pengertian, ketika feminis barat tampil sebgai juru selamat perempuan negara dunia ketiga dengan membawa isu persamaan hak perempuan dengan laki-laki, isu tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi perempuan negara dunia ketiga. Pada dasarnya para feminis timur ingin lepas dan bebas dari kolonialisme dan budayanya sendiri. Mereka belum...atau mungkin pula tidak mempersoalkan tentang hak antara laki-laki dan perempuan. Namun mereka tahu hak dan kewajibannya sebagai kaum perempuan. Para feminis timur tidak mengingkari kodrat alamiahnya sebagai perempuan. Mereka tahu bahwa mereka diberi hak istimewa untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui, yang semuanya itu tidak dimiliki oleh kaum laki-laki.
Citra yang ditampilkan oleh para feminis barat cenderung arogan dan memaksakan realitas yang ada, hal ini dapat kita cermati dalam film2 produksi Hollywood, seperti film Charlie’s Angels. Dalam film tsb menceritakan tiga jagoan perempuan yang dapat melakukan apa saja yang dapat dilakukan oleh laki-laki bahkan melebihi kemampuan mereka semua. Pekerjaan yang sarat akan bahaya dilakukan untuk mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki, diakui dan disegani oleh kaum pria. Bahkan jika mereka ingin berkeluarga, berarti harga mati untuk meninggalkan pekerjaan/profesinya tersebut. Mengapa mereka harus meninggalkan pekerjaan jika ingin berkeluarga....??? atau lebih parah lagi jika ada sebagian feminis barat yang harus meninggalkan/ mengorbankan keluarga dengan berbagai perceraian2 yang ada demi karier/pekerjaan yang digeluti...???!! Apakah mereka tidak bisa memerankan peran ganda seorang perempuan....???!!
Pencitraan tersebut menegaskan bahwa feminis barat tersebut kurang menghargai perempuan dan keperempuanannya sendiri. Berbeda dengan feminis timur yang dapat memainkan peran ganda perempuan dalam kehidupan keluarga, baik sebagai istri atau seorang ibu. Sosok perempuan tetap saja adalah makhluk yang istimewa, untuk mengandung, melahirkan, menyusui,dll yang membedakannya dengan laki-laki. Seharusnya kita bangga akan hal itu, sebagai seorang manusia kita juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk bekerja.
Hitam-putih, BaRat-Timur, kecil-BESAR, Laki2 dan Perempuan adalah unsur yang berlawanan/kontradiksi dan membuat dunia ini semakin terkotak-kotak jika dipertentangkan. So, buat apa trus dipertentangkan...???!!. Jika kita memainkan peran kita masing-masing, mungkin dunia akan menjadi lebih indah...tidak ada perang, tidak ada yang merasa dilecehkan, tidak ada yang merasa dikuasai dan menguasai atau mendominasi satu sama lain. Jika idiologi feminitas dikedepankan yang identik/bercirikan dengan rasa cinta kasih, perdamaian, kebersamaan, dan kekeluargaan tentu dunia akan menjadi lebih indah.

###$$oOo$$###

NB : Tulisan yang sempat tertunda ini akoe persembahkan buat temankoe yang paling centil tersayang, sahabatkoe yang paling baik yang begitu cepat meninggalkan kita semua ....yang berjuang keras dengan pendidikan militernya untuk membuat akoe yang tomboy menjadi lebih feminin....akoe gak bakalan ngelupain semua canda tawamu, senyum manjamu, semua pesanmoe, dan semua kemurahan hatimu serta kesabaranmu mengajariku nari,gak akan ada lagi teman curhat terbaikku, gak akan ada lagi yang memakaikanku kain kebaya.....tengkyu sayang....we LoVe You....


Telah meninggalkan kita semua :
PUTU RAHAYUNI SUPUTRA (AYUX’)
27 November 1982 – 19 April 2004
Jabatan : Bendahara PC KMHDI Jember periode 2003-2005

......SELAMAT JALAN SAHABATKU SAYANG....AKOE GAK BAKAL LUPA SEMUA MASA-MASA KEBERSAMAAN KITA....


( AkOE )

1 comment:

syairko.com said...

Benar juga sih. Kdang peran wanita agak sedikit rumit..