Friday, December 28, 2007

...tanpa judul... (dan mungkin postingan terakhir)

seperti judul di atas (eh...katanya tanpa judul...) postingan ini adalah postingan terakhir di penghujung tahun 2007...saya ingin menutup thn 2007 ini dengan sedikit melepas uneg2 untuk meringankan rasa sesak di dada ini...berbagai distorsi masalah berkecamuk di benak ini, ketika seorang kakak menyampaikan perasaannya dan bagaimana dia melihat sosok adik bungsunya selama ini.

Saya sedikit shock...hingga tidak terasa air mata berlinang saat situasi yang semula diwarnai canda tawa berubah emosi dan perdebatan serius.
Bermula obrolan ringan hingga saling adu argumentasi ttg sesuatu hal sepele...seingat saya tentang kebiasaan saya akses internet pada pagi hari. Saat itu calon kakak ipar menjadi saksi perdebatan kami yang awalnya diwarnai canda tawa.
Entah siapa yang memulai...perdebatan semakin meruncing...hingga menyeret2 status saya sebagai seorang pengangguran...saat itu saya masih bisa menerima saran dan kritikan dari kakak tertua saya meski saya akui penyampaiannya sedikit kasar krn pada dasarnya dia anak yg humoris...dan saya sadari dia bermaksud baik sekaligus sebagai ungkapan sayang thadap adiknya. Hingga...situasi berkembang dan dia menyinggung ranah keyakinan saya...dan terus terang saat itu saya benar2 merasa tersinggung...hikz...detil kata2 yg terlontar dan mengendap di kepala ini saat ia berkata, ” dari 4 bersaudara kamu yang paling beda“. Saat saya tanya definisi ”beda“, dia malah berkata, ”kamu sendiri yang lebih tahu, kamu pembangkang, kamu termasuk orang yang munafik...skrng kamu ambil dupa...bakar...dan renungkan apa yang mas bilang...renungkan apa yang sudah kamu lakukan 2 thn ini...dahulukan kepentinganmu daripada kepentingan orang lain...apa seh yang kamu dapat???! Apa menghasilkan duit..??!
Saya benar2 terpaku...saya tidak menyangka...rentetan kalimat seperti itu keluar dari bibir kakak tertua yg paling saya segani dan hormati. Saat itu dengan lirih saya Cuma menjawab (karena dada ini langsung terasa sesak menahan emosi), ”kok mas menghakimi aku ky gitu...ttg kerjaan kan rejeki dari atas...???!“ Ingin sekali saat itu saya berkata banyak...tapi berhubung tenggorokan ini serasa menelan biji kedondong...saya hanya bisa berucap, ” thanks ya mas.."
Arrrgggqhhx....tidak percaya rasanya mendengar secara langsung kalimat yang keluar dari mulut kakak kandung seperti itu. Ternyata benar orang2 bilang...kata2 jauh lebih tajam daripada sebilah pisau...Saya yakin niatnya baik mensupport saya agar lebih giat mengirim CV lamaran, tapi terus terang saya shock ketika dia berani menyinggung ranah keyakinan saya...saya mau sembahyang atau tidak kan bukan urusan dia...lagipula dia katakan saya munafik...dasarnya apa???...fiuuhh... (sorry2...lg emosi neh...)
Kalo mau jujur...sudah dari dulu kalo saya mau, saya tinggalkan kampung halaman (jember, red)...kalo saya benar2 anak yang egois dan pembangkang, saya tidak akan peduli dengan hal2 lain selain cepat dapat kerjaan dan merintis karir agar bisa lebih mandiri dan tidak lagi bergantung pada orang tua. Saya benar2 berharap bisa menjalani hidup seperti itu...
Saat masih bekerja di salah satu operator seluler, awalnya saya berharap bisa survive meski awalnya batin ini berontak...kok mau seh kerja kaya gini...dan setelah mengetahui sistem manajemen yang tidak bisa diharapkan...klimaksnya ketika pada bulan juni silam sebuah insiden merenggut nyawa salah satu rekan kerja sepulang meeting...akhirnya saya memutuskan keluar juga, sebenarnya kenapa saya bisa bertahan hampir 9 bln disana, karena saya mencoba bersabar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sambil menjaga bunda semata wayang dirumah. Masih teringat saran dari seorang sahabat karib, ”percuma wick punya penghasilan banyak tapi gak bisa membahagiakan ortu“, dan di waktu yang lain saat benar2 suntuk menghadapi situasi yang kacau dirmh, saya menerima juga sms seorang sahabat yang lain, dia berkata ” kalo menurutku mandiri & maju itu bukan dari dmana kita tinggal, tapi gmana pola pikir kita menghadapi masalah...memang merantau bikin mandiri, tapi kalo kita gak siap bisa2 pengen pulang terus...“.
Dua saran itu yang kemudian membuat saya memutuskan menolak tawaran seorang kawan di Bali, dia menawari saya menggantikan posisinya sebagai admin di kantor advokat tempat ia bekerja. Sungguh dilematis memang...saya tahu hidup penuh pilihan...dan saya masih terus berharap...suatu saat Tuhan memberikan yang terbaik di perjalanan hidup ini. Astungkara...
Saya jadi teringat thn 2002 saat tirta yatra ke jolotundo bersama kawan2, saat itu saya diramal ttg akan menjadi seorang ”manager“ di perkumpulan, ttg kerjaan, dan ttg jodoh (hehehe...kalo yg terakhir ini yg belum pas  ) saat itu bapak itu jg berkata, ” dari saudara2mu...hanya kamu yang paling dekat dgn orang tua“. Mungkin kini ramalan itu terbukti...3 saudara mengadu nasib jauh dari kampung halaman...dan saya sbagai anak bungsu...mau tidak mau...mesti ikhlas menjaga orang tua semata wayang dgn sedikit mengorbankan ego pribadi. Dan saya meyakini, ini adalah bagian dari swadharma seorang anak kepada orang tua. Saya ikhlas..benar2 ikhlas...meski saat akan ujian cpns di luar kota harus menerima pertanyaan plos dr sang kakak kedua, "ntar mom sama sapa dik..??“, saya hanya menjawab lirih saat itu, ” masa aq harus ngajak mom ikut tes mas..“.
Sehingga ketika saya mendengar kata2 dari kakak saya itu...saya ingin sekali protes, sebenarnya siapa yang paling egois diantara kami bersaudara...?? apa saya tidak berhak memiliki kehidupan jg??? whatever lah... mungkin saya harus lebih bersabar...seperti nasehat seorang kakak angkat di dunia maya....ini adalah jalan karma...so’ tetap semangat dan terus berkarya yg terbaik. Saya tidak akan pernah berhenti berharap...semoga mendapatkan pekerjaan yang terbaik dan semoga selalu dekat dengan keluarga dan memberikan yg terbaik pula...astungkara Hyang Widdhi Wasa.

”Happy New YeaR 2008“


2 comments:

Anonymous said...

cium dariku buatmu wahai adinda terkecil...

dan angkat gelas mu,
mari kita bersulang buat masa depan

*kapocino ini masih tersisa 1/2 gelas...

semua yang membuncah itu jangan dimasukan hati yak, dendam damai mu itu pasti akan jadi bahan bakar yang bagus buat melesat

TOPENK said...

Bagus...didihkan darah yg ad di tubuhmu, tarik Oksigen kedalam parumu, tengadahkan kepalamu, melangkahlah untuk masa depan...cma Tuhan dan kmu yg bisa selamatkan hidupmu, orang lain cma bisa kasihan...GAK LEBIH !